Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Kota Tegal
Sekitar akhir tahun 1927-1928 sudah ada Umat Katolik di Kota Tegal. Namun pada waktu itu belum ada pastor yang tinggal di Tegal. Sebelum tahun 1927 Umat Katolik di Tegal merupakan suatu stasiyang pada waktu-waktu tertentu dikunjungi oleh pastor-pastor SJ dari Cirebon.
Salah satu pastor yang tercatat mengunjungi Tegal adalah pastor V.d. Putten SJ. Pada waktu itu di Tegal sudah ada Gereja kecil, yang terletak disebelah utara kota dekat pelabuhan, di Jl. Bandeng sekarang. Seorang Belanda bernama Belle sebagai wakil pastor dan seorang lagi bernama Dorf tinggal di Gereja tersebut.
Diketahui bahwa pada tanggal 28-10-1927 datanglah seorang pastor bernama B. Thien, MSC dan menetap di Tegal. Jadi bolehlah dianggap tanggal tersebut merupakan tanggal “lahirnya” Paroki Tegal dan merupakan dimulainya karya para Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) di Tegal. Karena pada waktu itu belum ada pastoran, pastor B. Thien, MSC untuk sementara tinggal disebuah hotel.
Pada waktu itu Paroki Tegal masih meliputi daerah Karesidenan Pekalongan. Pada kesempatan kunjungan pastor B. Visser, MSC ke Tegal, dengan bantuan Tn. Belle dan Dorff, dibelilah sebidang tanah dengan dua bangunan tua diatasnya, yang terletak di Jl. Kraton (Jl. Kapten Ismail sekarang), November 1927.
Pada tanggal 29 Desember 1929 datanglah di Tegal 3 orang suster PBHK pertama dari Purworejo untuk menyiapkan pembukaan H.C.S (Hollands Chinese School – SD), berbahasa pengantar bahasa Belanda untuk anak-anak Tionghoa. Sekolah ini dimulai pada tanggal 2 Januari 1929. Sekolah ini dikelola oleh suster-suster dari Purworejo. Baru kemudia datanglah suster-suster dari Belanda, pada tanggal 13 Januari 1929 dan 24 Juni 1929. Tercatat antara lain nama-nama : Muder Agustina, Suster Henriette, dll.
Pada 6 Februari 1930 pastor B. Thien, MSC ditugaskan kembali dikepulauan Kei dan bertugas disana sampai PD II. Beliau diinternir di Ambon oleh tentara Jepang dan meninggal disana pada tanggal 15 Februari 1943.
Pekalongan dipisahkan dari Paroki Tegal pada tanggal 01-11-1930 dengan pastor pertamanya adalah pastor H. Van Oers, MSC.
Karya Pendidikan
Pada tanggal 26-10-1934 tibalah dari Belanda 6 orang Bruder Caritas pertama di Tegal, antara lain Bruder Canisius, dll. Para Bruder ini untuk sementara tinggal di rumah sewaan karena gedung sekolah dan biara belum selesai dibangun. Tanggal 11-02-1935 selesailah gedung sekolah dan baiara bruderan St. Paulus dan dimulailah karya para bruder dibidang pendidikan.
Biara St. Paulus ini pada jaman pendudukan Jepang dijarah dan dibumi hanguskan, sehingga dibangun RS Bersalin St. Maria yang dikelola oleh para suster PBHK dan Sr, Theresia PBHK adalah bidan pertamanya. RS Bersalin St. Maria ini diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 08-12-1963.
Para Bruder mendirikan dan membuka sekolah HCS (SD, umur 7 tahun, berbahasa Belanda). Mereka ini secara tidak langsung juga mempunyai andil dalam memperkenalkan agama Katolik disekitar kota Tegal.
Br. Juventialis mendirikan koor (paduan suara) dan harmonica club yang anggotanya adalah murid-murid HCS Bruderan, dengan nama “St. Paulus Koor & Harmonica Club”. Banyak dari mereka juga putra-putra altar yang rajin. Koor St. Paulus ini dikenal juga disekitar Tegal sampai Pekalongan.
Pada hari-hari besar dan liburan sekolah para bruder membawa anak-anak ini berkunjung dan tampil, antara lain di Brebes, dan berkenalan dengan para orang tua murid. Kiranya itulah mulai dikenalnya agama Katolik di Brebes (1037-1940).
Pada kira-kira tahun 1937 pastor Th. Kouw, MSC mulai dengan memberikan pelajaran agama di Brebes pada beberapa orang Tionghoa di rumah keluarga Nie Ek Gie. Kemudian sebulan sekali diadakan misa ditempat yang sama (rumah tersebut terletak di Jl. Diponegoro sekarang, dan sejak beberapa tahun yang lalu telah dibongkar dan dijadikan kantor Kabupaten). Ini berlangsung terus sampai pastor M. Neyens, MSC menggantikan pastor Kouw, MSC sebagai pastor paroki. Pada waktu itu umat Brebes baru terdiri dari 3 keluarga Tionghoa, 1 keluarga Belanda dan seorang guru sekolah HIS.
Menjelang perang dengan Jepang (1942) pastor Neyens dipanggil masuk dinas militer Belanda sebagai pastor militer (Almoezenier). Pastor H Van Oers menggantikannya sampai akhirnya ditangkap tentara Jepang dan diinternir (1943). Jaman ini merupakan jaman sulit bagi Gereja, karena semua pastor Belanda ditangkap Jepang. Satu-satunya imam yang melayani umat di keuskupan Purwokerto adalah Romo Th. Padmowijojo, MSC, yang mengunjungi secara bergiliran paroki-paroki dengan naik sepeda.
Suatu ketika sedang beliau berada di Tegal, beliau jatuh sakit agak lama dan dirawat oleh seorang ibu, Oma Liem, yang tinggal di Jl. Teri (waktu itu Jl. Pecinan Tengah).
Pembangunan Ulang
Pada tahun 1942, mengantisipasi mendaratnya tentara Jepang di pelabuhan dan pantai Tegal, militer Belanda membangun kubu-kubu pertahanan di daerah sekitar pelabuhan. Untuk itu semua bangunan di daerah itu dibongkar dan diratakan dengan tanah termasuk gedung Gereja paroki tegal yang pertama. Sisa-sisa bahan bangunan bekas Gereja ini kemudian digunakan untuk membangun pastoran di Jl. Kraton (Jl. Kapten Ismail sekarang).
Setelah pendudukan Jepang untuk sementara waktu karena belum ada Gereja dan bagian pastoran, disewalah sebuah rumah di bagian utara di Jl. Gayam (sekarang Jl. Gajah Mada, sebelah utara apotik Gajah Mada sekarang). Pastor Van Bilsen, MSC tinggal disitu sampai kemudian beliau digantikan oleh Romo Schoemaker, MSC (1947).
0 comments:
Post a Comment