Sunday 8 March 2009

Untuk apa saya menulis ini?

Saya sudah tidak tahan menyasikan, mendengarkan, dan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

Saya dulu mendaftar PNS pada tahun 1996 dan diterima seleksi tanpa mengeluarkan uang speser-pun atau nepotisme. Mama saya yang menyarankan untuk menjadi PNS. Papah saya hanya seorang supir travel.

Waktu Litsus (Penelitian Khusus), saya sudah harus berdusta. Waktu itu ORBA dan GOLKAR masih kuat. Saya harus memilih GOLKAR kalo tidak, mungkin akan gagal pada saat LITSUS.

Setelah 12 tahun berlalu, saya sudah tidak tahan untuk segera menuangkan ke dalam blog ini tentang apa yang telah saya simpan lama dalam memori pikiran ini. Saya terasa lebih lega setelah menulis apa yang sungguh terjadi di sebagian kecil Willayah NKRI.

Memang benar adanya pada tahun 2009, RI menduduki peringkat nomor 3, Negara terkorup di Asia. Karena korupsi sudah menjadi kebiasaan aparat kita.

Saya pun tidak ingin menjadi orang “munafik”, saya pernah kecipratan uang-uang yang tidak jelas asal mu-asalnya. Waktu itu yang penting saya tanda tangan lalu dapat amplop berisi uang, tanpa menanyakan asal uang tersebut.
Tapi rasa berdosa terus menggaluti diri aku ini, sehingga saya perlu mengungkapkan semua ini. Oleh karena itu saya akan berusaha dengan keras menjalani sisa hidup ini di jalan “Kebenaran”,walaupun terasa berat.

Selama saya menjadi PNS termasuk yang agak idealis dan kritis sehingga menyebabkankan saya jarang sekali dilibatkan dalam team proyek atau bendahara. Semua teman se-angkatan saya sudah pernah terlibat hal tersebut.
Banyak hal yang bertentangan dengan hati nurani selama saya menjadi PNS sampai dengan sekarang. Memang suara hati nurani kadang tertutup oleh namanya “UANG/DUIT”. Zaman yang semakin menjunjung matrialisme dan HEDONISME membuat orang tidak memperdulikan apapun.

Mengutip teman saya “Indonesia tidak akan pernah mencapai kesejahteraan dan keadilan, jika masih banyak orang MUNAFIK”. Yang melanggar aturan yang mengetahui peraturan.

Saya paling benci melihat orang yang seakan akan dia itu baik di mata umum/masyarakat padahal perilaku dia sangat tidak terpuji. Lebih baik “Penjahat sekalian terlihat bahwa dia memang penjahat” daripada “Musang berbulu domba”.

“Jalan Kebenaran Sangat Sulit Dijalani, Tetapi Di Ujungnya Terdapat Kebahagian Yang Kekal”

0 comments: