Gua Maria Tritis Wonosari Gunungkidul
Lokasi
Untuk mencapai gua, peziarah harus berjalan kaki membelah ladang jati, melewati jalan setapak yang berkelok di antara bukit-bukit karang yang tandus. Ada dua pilihan rute untuk mencapai lokasi Gua Maria Tritis, yakni rute panjang sekitar 1,5 km dan rute pendek sejauh 500 meter. Peziarah yang melakukan jalan salib biasanya melewati rute panjang dengan 14 stasi pemberhentian yang dilengkapi diorama kisah sengsara Yesus. Pada stasi ke 12 dibangun 3 buah salib di bawah bukit yang menggambarkan penyaliban Yesus bersama 2 orang penjahat.
Tak lama setelah peristiwa itu Romo menemui Bpk.
R. Radio Sutirto, Kepala Desa Giring. Tujuannya adalah untuk meminta izin agar
Gua Tritis boleh dipergunakan untuk berdoa bagi umat Katolik. “Pak, bagaimana
kalau Gua Tritis itu saya jadikan tempat sembayangan bagi umat katolik ?” Tanpa
menunggu keesokan harinya Bapak kepala desa itu menyetujui permintaan Romo
Hardjosudarmo, SJ itu. Berkat dukungan dan kerja sama masyarakat dusun bulu
jalan menuju ke gua dalam waktu kurang lebih satu bulan sudah dapat dilewati
walaupun waktu itu keadaanya belumlah sempurna seperti sekarang. Dan pada tahun
1979 Gua Maria Tritis diresmikan oleh Romo Lamers, SJ dengan memasang Patung
Bunda Maria. Sejak saat itu tempat itu dinamai Gua Maria Tritis
Untuk mencapai gua, peziarah harus berjalan kaki membelah ladang jati, melewati jalan setapak yang berkelok di antara bukit-bukit karang yang tandus. Ada dua pilihan rute untuk mencapai lokasi Gua Maria Tritis, yakni rute panjang sekitar 1,5 km dan rute pendek sejauh 500 meter. Peziarah yang melakukan jalan salib biasanya melewati rute panjang dengan 14 stasi pemberhentian yang dilengkapi diorama kisah sengsara Yesus. Pada stasi ke 12 dibangun 3 buah salib di bawah bukit yang menggambarkan penyaliban Yesus bersama 2 orang penjahat.
Sejarah
Pada tahun 1975 Romo Hardjosudarmo, SJ bertugas di Paroki
Wonosari. Beliau juga membina para murid SD Sanjaya di Dusun Pengos, Kelurahan
Giring, Kecamatan Paliyan. Pada tanggal 25 Desember1975 itu beliau bersama para
murid SD Sanjaya merayakan misa natal di gedung SD Sanjaya karena waktu itu di
lingkungan SD Sanjaya belum mempunyai kapel. Setiap akan diadakan Misa Natal,
Romo membuat “gua” dari kertas. Melihat hal itu ada seorang murid berkata
kepada Romo,”Romo, tidak usah membuat gua dari kertas, karena di tempat saya
ada gua asli.” Lalu Romo itu bertanya,”gua asli bagaimana ?” Murid itu hanya
menjawab,”Gunung itu growong (berlobang besar).”
Maka pada suatu hari Romo diantar oleh muridnya itu ke
gunung growong itu. Sampai di dalam gua Romo kagum dengan keindahan alam yang
baru pertama kali dijumpainya, sehingga Romo berniat menjadikan gua tersebut
sebagai tempat berdoa bagi umat katolik.
0 comments:
Post a Comment