Sumur Warga Tercampur Bakteri E Coli
BATANG-Hasil pemeriksaan laboratorium Dinas Kesehatan Batang ternyata sumur milik warga Dusun/Desa Karanganom, Kecamatan Kandeman mengandung kotoran manusia atau hewan. Akibatnya menimbulkan bakteri E coli yang menyebabkan peristiwa kejadian luar biasa (KLB) warga setempat menderita diare massal.
’’Kami sudah mengambil air dari sepuluh sumur warga Karanganom. Ini untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB diare Selasa lalu, hasilnya ternyata air sumur tercemar bakteri E coli,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan, dokter H Budi Utomo Rahardjo ketika ditemui Suara Merdeka di ruang kerjanya, Kamis (9/7) sore kemarin.
Dia menjelaskan, pada waktu peristiwa diare massal terjadi itu pihaknya langsung melakukan pemeriksaan sekitar perkampungan. Namun karena malam hari sehingga saat itu belum bisa dipastikan penyebabnya.
Hanya saja, saat itu dia sudah memerintahkan petugas untuk mengambil contoh air sumur milik warga yang keracunan. Selanjutnya, pagi harinya ditindaklanjuti dengan pemeriksaan di lapangan.
Hasilnya diketahui ada sungai kecil yang mengalir di dusun itu. Sungai itu ternyata digunakan oleh warga untuk buang air besar (BAB). ’’Sedang di rumah penduduk kebanyakan sumur belum diberi cincin. Sehingga, banyak air limbah atau resapan dari kotoran manusia atau hewan yang masuk ke sumur. Inilah yang menyebabkan bakteri E coli berkembang, apabila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan diare,’’ tandasnya.
Padahal sumur itu digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Seperti untuk memasak, mandi, mencuci serta aktivitas rumah tangga lainnya. Padahal air yang digunakan harus sehat yaitu tidak berwarna artinya jernih dan transparan. Tidak menimbulkan rasa maupun bau. ’’Untuk itu kami anjurkan warga mulai sekarang untuk menggiatkan kebersihan.’’
Biasakan Cuci Tangan Kasi Penanggulangan Penyakit dan Bencana H Bambang Widijatmoko SKM MKes dan Kasi Penyehatan Lingkungan M Kabiron SKM juga sudah meninjau lokasi perkampungan yang 69 warganya menderita diare.
’’Kesimpulan kami, agar tidak terulang kembali musibah diare massal saatnya untuk digerakkan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Laksanakan kebersihan secara serentak, sehingga lingkungan bersih dan sehat,’’ ujar Bambang.
Dia menambahkan, PHBS bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Yaitu dengan membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. (ar-17)
’’Kami sudah mengambil air dari sepuluh sumur warga Karanganom. Ini untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB diare Selasa lalu, hasilnya ternyata air sumur tercemar bakteri E coli,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan, dokter H Budi Utomo Rahardjo ketika ditemui Suara Merdeka di ruang kerjanya, Kamis (9/7) sore kemarin.
Dia menjelaskan, pada waktu peristiwa diare massal terjadi itu pihaknya langsung melakukan pemeriksaan sekitar perkampungan. Namun karena malam hari sehingga saat itu belum bisa dipastikan penyebabnya.
Hanya saja, saat itu dia sudah memerintahkan petugas untuk mengambil contoh air sumur milik warga yang keracunan. Selanjutnya, pagi harinya ditindaklanjuti dengan pemeriksaan di lapangan.
Hasilnya diketahui ada sungai kecil yang mengalir di dusun itu. Sungai itu ternyata digunakan oleh warga untuk buang air besar (BAB). ’’Sedang di rumah penduduk kebanyakan sumur belum diberi cincin. Sehingga, banyak air limbah atau resapan dari kotoran manusia atau hewan yang masuk ke sumur. Inilah yang menyebabkan bakteri E coli berkembang, apabila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan diare,’’ tandasnya.
Padahal sumur itu digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Seperti untuk memasak, mandi, mencuci serta aktivitas rumah tangga lainnya. Padahal air yang digunakan harus sehat yaitu tidak berwarna artinya jernih dan transparan. Tidak menimbulkan rasa maupun bau. ’’Untuk itu kami anjurkan warga mulai sekarang untuk menggiatkan kebersihan.’’
Biasakan Cuci Tangan Kasi Penanggulangan Penyakit dan Bencana H Bambang Widijatmoko SKM MKes dan Kasi Penyehatan Lingkungan M Kabiron SKM juga sudah meninjau lokasi perkampungan yang 69 warganya menderita diare.
’’Kesimpulan kami, agar tidak terulang kembali musibah diare massal saatnya untuk digerakkan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Laksanakan kebersihan secara serentak, sehingga lingkungan bersih dan sehat,’’ ujar Bambang.
Dia menambahkan, PHBS bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Yaitu dengan membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. (ar-17)
0 comments:
Post a Comment